Di Antara Etika bagi Para Penuntut Ilmu (1)
من آداب طالب العلم
من كتاب عمل اليوم والليلة للحبيب حسن بن عبد الله بن عمر الشاطري رحمه الله
تعالى
Oleh: Al-Habib Hasan Bin Abdullah Asy-Syathiri
ثُمَّ إِنْ كُنْتَ مِمَّنْ يَأْتِي مَجَالِسَ الْعِلْمِ ، وَتُسَمَّى
بِطَالِبِ الْعِلْمِ . . فَأَعْطِ ذَٰلِكَ الِاسْمَ حَقَّهُ ؛
فَإِنَّهُ اسْمٌ عَظِيمٌ ، فَإِذَا أَرَدْتَ أَنْ تَبْتَدِئَ فِي
الدَّرْسِ . . فَقُلْ :
Jika engkau menghadiri majelis ilmu, dan engkau adalah “santri / penuntut
ilmu”, maka jagalah nama baik kesantrianmu itu, karena santri itu nama yang
agung. Apabila engkau hendak memulai pelajaran, maka bacalah niat belajar
berikut ini:
نِيَّةُ ابْتِدَاءِ الدَّرْسِ :
نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيمَ ، وَالتَّذَكُّرَ وَالتَّذْكِيرَ ، وَالنَّفْعَ وَالِانْتِفَاعَ ، وَالْإِفَادَةَ وَالِاسْتِفَادَةَ ، وَالْحَثَّ عَلَى التَّمَسُّكِ بِكِتَابِ اللهِ الْعَزِيزِ ، وَسُنَّةِ رَسُولِهِ ، وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَىٰ ، وَالدِّلَالَةَ عَلَى الْخَيْرِ ، اِبْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ تَعَالَىٰ وَرِضَائِهِ ، وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ .“Aku niat belajar dan mengajar, mengingat dan memperingatkan, memberi manfaat dan mencari manfaat, memberi keutamaan dan mencari keutamaan, menganjurkan untuk berpegang teguh pada Kitab Allah dan sunah Rasul-Nya, mengajak kepada hidayah, menunjukkan kepada kebaikan, semata-mata mengharap pandangan (rahmat) Allah, keridaan-Nya, kedekatan-Nya, serta pahala dari-Nya. Bismillahirrahmanirrahim...”
وَلَا تَجْلِسْ فِي مَجْلِسِ الْعِلْمِ إِلَّا وَأَنْتَ مُتَوَضِّئٌ ، وَإِنْ
أَمْكَنَكَ الِاسْتِقْبَالُ لِلْقِبْلَةِ كُلَّ وَقْتٍ فَافْعَلْ ؛ فَإِنَّهُ
أَسْرَعُ لِلْفَتْحِ ، وَاجْلِسْ بِأَدَبٍ وَسَكِينَةٍ ، وَلَا تَعْبَثْ
، وَلَا تُكَلِّمْ مَنْ بِجَنْبِكَ حَالَ الدَّرْسِ ، وَلَا تَشْتَغِلْ
بِمُطَالَعَةٍ أَوْ كِتَابَةٍ إِلَّا بِالْإِصْغَاءِ إِلَىٰ مَا يُلْقِيهِ
الشَّيْخُ ، وَعَظِّمْهُ وَوَقِّرْهُ ؛ فَإِنَّ الْبِرَّ سَلَفٌ .
Janganlah engkau duduk di majelis ilmu melainkan dalam keadaan berwudhu. Dan
apabila memungkinkan untuk menghadap kiblat di setiap majelis maka lakukanlah
(duduklah menghadap kiblat), sebab itu membuatmu cepat memahami ilmu.
Duduklah dengan penuh adab dan tenang, jangan bercanda. Jangan berbicara
dengan orang yang di sampingmu ketika belajar. Dan jangan menyibukkan diri
dengan muthola’ah (menelaah/membaca) atau menulis, melainkan simaklah apa yang
disampaikan gurumu. Muliakanlah dan hormatilah gurumu! Karena berbakti itu
akhlak para salaf.
وَقَدْ ذَكَرُوا أَنَّ الْمُوَقِّرِينَ لِمَشَايِخِهِمْ ، وَالْمُتَأَدِّبِينَ
مَعَهُمْ يُطِيلُ اللهُ أَعْمَارَهُمْ ، وَيُوَقَّرُونَ مِثْلَ مَا فَعَلُوا
مَعَ مَشَايِخِهِمْ ، وَالْعَكْسُ بِالْعَكْسِ! وَهَٰذَا مُشَاهَدٌ .
Pada ulama salaf kita terdahulu mengingatkan, bahwa orang yang senantiasa
menghormati dan beradab pada guru-gurunya, Allah panjangkan umurnya, dan
mereka (nantinya) akan dihormati orang sebagaimana mereka menghormati
guru-gurunya. Begitu pula sebaliknya! Dan ini terbukti.
وَإِنْ سَأَلْتَ الشَّيْخَ . . فَاسْأَلْهُ بِأَدَبٍ ، مَعَ خَفْضِ
الصَّوْتِ حَالَ السُّؤَالِ . وَارْجِعْ إِلَى الْحَقِّ ، وَدُرْ مَعَهُ حَيْثُ
دَارَ ، وَاتْرُكِ التَّعَصُّبَ عَلَىٰ مُقْتَضَىٰ فَهْمِكَ مَعَ مُخَالَفَتِهِ
لِلْحَقِّ ، وَإِنْ قَرَّرَ شَيْخُكَ بِخِلَافِ الْوَاقِعِ . . فَلَا
تُبَادِرْ بِالْجَوَابِ الْحَفِيِّ بِقَوْلِكَ : هَٰذَا غَلَطٌ ، أَوْ
لَيْسَ كَمَا قُلْتَ ، بَلْ قُلْ : لَعَلَّهُ كَذَا ، وَكَانَ
نَصُّ الْعِبَارَةِ عِنْدَكَ . . فَأَرِهِ إِيَّاهَا ، فَهَٰذِهِ
أَخْلَاقٌ جَمِيلَةٌ تَعِزُّ فِي طَلَبَةِ الْعِلْمِ الْمَوْجُودِينَ إِلَّا
قَلِيلٌ ، وَقَلِيلٌ مَا هُمْ!
Apabila engkau bertanya pada gurumu, bertanyalah dengan penuh adab,
merendahkan suara ketika bertanya. Berbaurlah dengannya sekadarnya. Sekiranya
gurumu ada salah dalam menyampaikan ilmu, maka jangan engkau terburu-buru
menjawabnya dengan, "Ini keliru!" dan sebagainya, akan tetapi berkatalah
dengan, "(Maaf guru), boleh jadi yang benar adalah ......." atau sesuaikan
dengan bahasamu yang santun. Perlihatkan akhlak baikmu pada gurumu! Maka
inilah akhlak baik yang membuat para santri menjadi mulia. Akan tetapi sedikit
sekali dari mereka yang berakhlak baik!
وَتَأَدَّبْ مَعَ إِخْوَانِكَ مِنَ الطَّلَبَةِ ، وَغَيْرِهِمْ ، وَلَا
تَرَىٰ لِنَفْسِكَ عَلَيْهِمْ حَقًّا ، وَتَوَاضَعْ لَهُمْ فَإِنَّ
التَّوَاضُعَ خُلُقُ الْأَخْيَارِ ، كَمَا قَالَ الْحَبِيبُ عَبْدُ اللهِ
الْحَدَّادُ :
Beradablah dengan kawanmu sesama santri maupun bukan. Dan jangan melihat
dirimu memiliki hak atas kawanmu (jangan meminta hakmu untuk ditunaikan).
Tawadhu (rendah hatilah) di hadapan temanmu karena sifat tawadhu itu akhlak
orang-orang terpilih, sebagaimana perkataan Habib Abdullah Al-Haddad dalam
syairnya:
وَارْضَ التَّوَاضُعَ خُلْقًا إِنَّهُ خُلُقُ الْــأَخْيَارِ فَاقْتَدْ بِهِمْ تَنْجُو مِنَ الْوَصَبِRelakanlah tawadhu sebagai akhlakmu, karena sesungguhnya tawadhu adalah akhlak orang-orang pilihan Allah. Teladanilah mereka, niscaya engkau selamat dari kesengsaraan.
وَالْمُتَوَاضِعُ مَحْبُوبٌ ، وَالْمُتَكَبِّرُ مَمْقُوتٌ مَبْغُوضٌ ،
وَلَا يَزِيدُكَ التَّكَبُّرُ شَيْئًا ، بَلْ يُنْقِصُ قَدْرَكَ عِنْدَ
اللهِ ، وَعِنْدَ خَلْقِهِ .
Orang yang tawadhu itu disenangi, dan yang sombong itu dibenci. Dan tidaklah
bertambah kesombongan dalam dirimu walau secuil, melainkan akan mengurangi
derajatmu di sisi Allah Ta’ala dan para makhluk-Nya.
Masya Allah... Sangat bermanfaat bagi orang2 untuk memulai menuntut ilmu
BalasHapusSemoga kita bisa amalkan dan sampaikan kepada yg lain
Hapus